Harga jual produk kelapa sawit dan produk turunannya sangat dipengaruhi oleh harga pasar internasional maupun dalam negeri, yang mana fluktuasi harga tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor-faktor yang berada diluar kendali Perseroan seperti berikut:
Setiap fluktuasi yang signifikan pada harga pasar CPO akan mempengaruhi harga produk Perseroan, yang dapat memberi dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja, dan prospek usaha Perseroan dan Perusahaan Anak.
Managemen RisikoPerseroan tidak dapat menghidari risiko akibat dari fluktuasi harga yang terjadi di pasar international atas komoditas CPO dan turunannya. Perusahaan akan berusaha memitigasi fluktuasi harga dengan pengendalian biaya yang efisien dan efektif melalui mekanisasi dan penggunaan sumber daya secara tepat dan terukur. Selain itu Perseroan akan melakukan hedging CPO di Bursa Derivative Kuala Lumpur.
Risiko kondisi cuaca yang burukProduktivitas tandan buah segar sangat tergantung pada kondisi cuaca di Indonesia. Curah hujan yang terlalu tinggi atau musim kering yang terlalu lama akan menyebabkan turunnya produktivitas kebun secara keseluruhan/ turunnya hasil TBS dari supplier Perseroan. Curah hujan yang terlalu tinggi akan menyebabkan buruknya penyerbukan tanaman dan penurunan efektivitas pemupukan, sementara kekeringan mengakibatkan berkurangnya tandan buah dan turunnya tingkat ekstraksi minyak. Tingkat kekeringan yang sangat tinggi juga dapat menimbulkan kebakaran pada lahan perkebunan.
Secara historis, harga CPO biasanya akan meningkat pada saat pasokan turun karena dampak dari kondisi cuaca sehingga pada akhirnya akan mengurangi dampak negatif dari turunnya tingkat produksi, hal tersebut dapat memberi dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja, dan prospek usaha Perseroan dan Perusahaan Anak.
Managemen RisikoPerseroan berupaya memitigasi risiko ini dengan selalu aktif memantau perubahan cuaca dan melakukan prediksi cuaca. Selain itu, perusahaan telah membangun banyak menara api untuk memantau kebakaran. Perseroan juga memastikan semua parit di cuci 1 -2 kali setiap tahun untuk mengurangi risko banjir.
Risiko serangan hamaProsedur budidaya tanaman kelapa sawit yang kurang baik dapat menyebabkan hasil tandan buah segar Perseroan dan Perusahaan Anak sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit seperti hama serangga, tikus, virus, jamur ganoderma dan hama tersebut dapat menginfeksi TBS kelapa sawit sehingga tanaman kelapa sawit tersebut menjadi mati dan atau menurun kualitasnya.
Apabila hal tersebut terjadi, luas area panen dari Perseroan dan Perusahaan Anak akan menurun dan produktivitas juga akan turut menurun. Terlebih lagi, Perseroan dan Perusahaan Anak juga perlu mengimplementasikan prosedur tambahan untuk memberantas hama tersebut dan akan menimbulkan biaya tambahan bagi Perusahaan Anak.
Apabila Perusahaan Anak tidak dapat menangani atau meminimalkan serangan hama, hal tersebut dapat memberi dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja, dan prospek usaha Perseroan dan Perusahaan Anak.
Managemen RisikoPenyebaran pandemi Virus Covid-19 yang telah berlangsung dari akhir tahun 2019 menjadi tantangan yang besar bagi sebagian besar industri secara global. Untuk mengantisipasi penyebarluasan virus Covid-19, berbagai negara telah mengambil kebijakan lockdown dan membatasi aktivitas impor berbagai komoditas, termasuk CPO. Sehingga ekspor kelapa sawit Indonesiamengalami kontraksi yang cukup signifikan.
Jika pandemi tersebut berlangsung dalam jangka waktu lama sehingga terus mempengaruhi permintaan dan harga produk Perseroan dan Perusahaan Anak, maka hal tersebut dapat memberi dampak negatif pada kegiatan usaha, kondisi keuangan, kinerja dan prospek usaha Perseroan dan Perusahaan Anak.
Managemen RisikoIndonesia memiliki banyak perusahaan-perusahaan penghasil produk sejenis. Sebagai salah satu produk komoditi, harga CPO ditentukan oleh harga pasar internasional yang juga dipakai untuk penjualan dalam negeri. Sebagai produsen yang sampai saat ini produknya dipasarkan di dalam dan luar negeri, Perseroan menghadapi persaingan di dalam dan di luar negeri dari perusahaan yang juga memproduksi produk sejenis atau produk pengganti yang dapat mempengaruhi kondisi pasar produknya. Jika pasokan produk meningkat melebihi tingkat permintaan atau semakin kompetitifnya harga jual produk pengganti maka harga jual juga dapat turun sehingga dapat menurunkan tingkat keuntungan Perseroan.
Industri minyak sawit juga bersaing dengan minyak-minyak nabati lainnya dalam segmen biofuel dikarenakan sebagian besar biofuel diproduksi dari minyak-minyak nabati di antaranya yaitu minyak sawit, rapeseed oil dan minyak kedelai. Minyak sawit merupakan minyak nabati yang tidak terlalu mahal apabila dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, dimana sebagian besar minyak-minyak nabati lainnya menuntut premium yang signifikan diatas harga minyak sawit, penurunan harga dari sebagian besar minyak nabati lainnya dapat menyebabkan para produsen biofuel menggunakan minyak-minyak nabati lainnya tersebut sebagai alternative dari minyak sawit dalam produksi biofuel, yang mengakibatkan penurunan permintaan dan harga minyak sawit.
Managemen RisikoKampanye negatif terkait dampak lingkungan, prinsip keberlanjutan, dan konflik sosial yang disebabkan oleh emisi karbon dari produksi CPO masih gencar dilakukan oleh beberapa organisasi internasional. Dalam kampanye tersebut, CPO dianggap sebagai penyebab utama dari fenomena pemanasan global, illegal logging, dan perubahan iklim. Praktik kampanye negatif tersebut dapat menyebabkan penurunan permintaan CPO secara global dan dapat memberi dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan dan kinerja Perseroan dan Perusahaan Anak.
Managemen RisikoUntuk mengantisipasi risiko ini, Perseroan telah membentuk satu komite ESG yang bertanggungjawab untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan masyarakat, lingkungan hidup, dan profitabilitas ekonomi yang berkelanjutan. Perseroan menerapkan praktetk-praktek efisien melalui konservasi keanekaragaman hayati, tanah dan air, dan memastikan kondisi yang aman dan stabil bagi seluruh karyawan dan masyarakat sekitar. Perusahaan melindungi hutan, lahan gambut, Hak Asasi Manusia dan bekerjasama dengan petani, organisasi non-pemerintahan serta pemangku kepentingan lainnya untuk melaksanakan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Risiko perubahan nilai tukar mata uang asingMeskipun Perseroan menggunakan Rupiah sebagai mata uang fungsional dan pelaporan keuangan, tetapi harga jual CPO berkorelasi dengan nilai tukar mata uang asing terutama USD. Fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang asing tersebut dapat mempengaruhi marjin keuntungan yang selanjutnya dapat memberikan dampak negatif kepada kinerja keuangan Perseroan dan Perusahaan Anak.
Managemen RisikoUntuk mengurangi risiko nilai tukar uang asing, Perseroan selalu lakukan hedging kurs pada saat mengekspor CPO. Perseroan juga menghindari pinjaman bank dalam USD