Triwulan III-2022, Laba Bersih STA Resources Tumbuh 25,2%
JAKARTA, investor.id - PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) atau STA Resources mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,01 triliun pada 30 September 2022, atau meningkat 25,2% dari laba bersih perseroan tahun sebelumnya sebesar Rp 805 miliar. Di saat yang sama pendapatan usaha meningkat 5,4% menjadi Rp 4,40 triliun.
Direktur Utama PT Sumber Tani Agung Resources Tbk Mosfly Ang mengatakan, kinerja positif perseroan selama 9 bulan ini didukung oleh peningkatan porsi TBS internal yang diproses perseroan dibanding dengan sebelumnya. Selain itu, karena adanya praktik manajemen kebun yang lebih baik. Meskipun, kata dia, selama 2022 harga CPO mengalami penurunan sebesar 35,5% dari posisi tertinggi di triwulan I.
“Selama periode triwulan III-2022, dari Juli–September 2022 harga CPO mengalami penurunan cukup tajam, akibat adanya pelemahan permintaan yang disebabkan oleh adanya resesi secara global. Namun, perseroan terus berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi operasional, sehingga kami mampu menjaga profitabilitas perseroan terus tumbuh meskipun adanya penurunan harga CPO,”kata Direktur Utama PT Sumber Tani Agung Resources Tbk Mosfly Ang dalam keterangannya, Senin (14/11).
Selain itu, ia mengatakan, perseroan juga memiliki fleksibilitas dalam pemakaian porsi TBS internal atau eksternal sehingga mampu memaksimalkan profitabilitas perseroan selama penekanan harga CPO.
Ekspansi Lahan
Sementara itu, Deputy Chief Financial Officer (Deputy CFO) STAA Edward Wijaya mengatakan, selama periode triwulan-III 2022, perseroan berhasil menuntaskan satu corporate action sebagai bagian dari rencana ekspansi usaha perseroan, yakni mengakuisisi dua lahan kebun kelapa sawit seluas 6.000 hektare (ha) milik PT Hanuraba Sawit Kencana dan PT Sawit Agro Lestari yang berlokasi di Sumatera Selatan. Ia mengatakan, lokasi lahan yang diakuisisi tersebut berada dekat dengan area perkebunan STAA, sehingga dapat meningkatkan sinergi operasional perkebunan dan kapasitas produksi pabrik di wilayah tersebut.
“Melalui akusisi ini, total luasan kebun yang dikelola STAA meningkat menjadi 48.100 hektare termasuk inti plasma. Secara otomatis hal ini juga berdampak positif pada tingkat produksi TBS STAA kedepannya karena rata-rata umur tanaman yang masih berada di posisi usia muda,” sampai Edward.
Ke depan, kata dia, perseroan akan tetap berkomitmen untuk terus menambah ekspansi usaha guna mencapai target STAA untuk memiliki perkebunan tertanam seluas 60.000 hektare pada 2025. Edward menyampaikan saat ini perseroan sedang menjajaki beberapa potensi akuisisi untuk menambah luas perkebunan tertanam perseroan. “Perseroan masih dalam tahap due dilligence atas kebun-kebun tersebut, dengan tetap mengusung visi perseroan yakni menjadi perusahaan perkebunan terkemuka dan berkelanjutan,” tambah Edward.
Adapun total aset STAA per 30 September 2022 berhasil meningkat menjadi Rp 7,05 triliun dibandingkan dengan posisi akhir 2021 sebesar Rp 5,85 triliun. Sedangkan ekuitas STAA juga meningkat dari Rp 3,09 triliun menjadi Rp 4,36 triliun.
Di sisi lain, total liabilitas STAA turun menjadi Rp 2,68 triliun per 30 September 2022 dibandingkan dengan posisi akhir 2021 sebesar Rp 2,76 triliun, yang disebabkan oleh penurunan hutang bank jangka panjang perseroan sebesar Rp 376 miliar dari Rp 1,78 triliun menjadi Rp 1,41 triliun.
Editor : Kunradus Aliandu (kunradu@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily