STA Resources (STAA) Cetak Penjualan Rp 6 Triliun, Wilmar Pembeli Terbesar
JAKARTA, investor.id – PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) atau STA Resources membukukan penjualan bersih sebesar Rp 6,04 triliun pada 2022, naik tipis 2,7% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp 5,88 triliun. Adapun laba tahun berjalan STA Resources yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 1,11 triliun pada 2022, pun naik tipis 3,7% dari Rp 1,07 triliun pada tahun sebelumnya.
Penjualan bersih STA Resources masih ditopang oleh minyak sawit senilai Rp 5 triliun pada 2022. Perolehan ini disusul penjualan minyak inti sawit, inti sawit, dan tandan buah segar (TBS) masing-masing Rp 597,91 miliar, Rp 244,37 miliar, dan Rp 102,49 miliar.Sedangkan dilihat dari pasar secara geografis, emiten berkode saham STAA itu paling banyak menjual ke dalam negeri (lokal) dengan nilai Rp 5,71 triliun. Sisanya merupakan ekspor sebesar Rp 329,41 miliar sepanjang tahun lalu.
“Untuk penjualan barang, grup memenuhi kewajiban pada suatu waktu tertentu. Karena itu, grup hanya mengakui kewajiban kinerja tunggal,” jelas manajemen STAA sebagaimana tertulis dalam laporan keuangan yang diterbitkan baru-baru ini.
Sementara itu, konsumen minyak sawit STAA dengan pembelian lebih dari 10% terhadap total penjualan neto perseroan adalah PT Wilmar Nabati Indonesia Rp 1,06 triliun, PT Pelita Agung Agrindustri Rp 557,34 miliar, dan PT Musim Mas Rp 297,44 miliar.
Peningkatan penjualan STAA diikuti naiknya beban pokok sekitar 10,72% (yoy) menjadi Ro 3,99 triliun yang menghasilkan penurunan laba bruto 9,94% (yoy) menjadi Rp 2,04 triliun tahun lalu.
Dilihat dari total aset, STAA terpantau masih memiliki Rp 7,01 triliun per 31 Desember 2022, berkurang dari Rp 5,85 triliun pada akhir 2021. Total aset tahun lalu, terdiri dari total aset lancar Rp 2,3 triliun dan total aset tidak lancar Rp 4,71 triliun.
Pada periode sama, STAA masih membukukan tanggung jawab keuangan (liabilitas) senilai total Rp 2,36 triliun, terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 890,81 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 1,47 triliun. Jumlah liabilitas ini sudah berkurang dari posisi per 31 Desember 2021 yang sebanyak Rp 2,76 triliun.
Di sisi lain, perseroan memiliki total ekuitas Rp 4,64 triliun akhir tahun lalu, naik dari Rp 3,09 triliun per 31 Desember 2021.
Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)